Latar Belakang: Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Bengkulu tahun 2015 menyebabkan adanya pencemaran udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini juga mengakibatkan meningkatnya kejadian ISPA pada balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan kejadian ISPA pada balita di Kota Bengkulu saat kebakaran hutan tahun 2015.
Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah case control. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2016. Kasus merupakan 116 balita yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan dan didiagnosa menderita ISPA dan kontrol adalah 232 balita tetangga kasus yang ditemui pertama kali. Analisis yang dilakukan adalah regresi logistik
Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis atap (OR=2,68; 95% CI 1,31-5,45), ventilasi (OR=2,60; 95%
CI 1,38-4,89), kepadatan hunian (OR=2,12; 95% CI 1,06-4,25),asap bahan bakar memasak (OR=4,88; 95% CI 1,87-12,79), jenis kelamin (OR=2,67� 95%CI 1,45-4,93), status gizi (OR=2,67; 95%CI 1,27-5,60), riwayat imunisasi (OR=3,10; 95%CI 1,40-6,86), dan Pemberian ASI eksklusif (OR=5,12; 95%CI 2,73-9,57) memiliki hubungan yang kuat terhadap ISPA.
Kesimpulan: Jadi, ada hubungan antara kondisi fisik rumah, kepadatan hunian pajanan asap dan karakteristik balita terhadap kejadian ISPA pada Balita.